Kamis, 19 April 2012

[Review] Partikel (It's about to blow me away. You still got it, Dee!)

 4.44 Pm, Friday 13, 2012. Partikel is officially born. 

Terbawa pada pengalaman eksplorasi batin yang tak terbayangkan selama 12jam, buku ini mengulas hubungan antara manusia dan lingkungan dalam konteks spiritual dengan fiksi yang memikat. Lumayan ringan dan tentunya menyenangkan. Sesekali dibarengi dengan kerutan didahi tanda sedang berupaya memahami lebih dalam tentang Enteogen (This stuff has no "spiritual" properties, it just gets you high in a way that makes you think that you are having a spiritual experience- Jadi penasaran, apa enteogen benar - benar bisa membuka spektrum pikiran manusia jadi lebih lebar sehingga dapat berpikir/melihat segala sesuatunya dengan lebih intens?), fungi- Psilocybe, Ley Lines, Nasca Lines, Iboga, Shaman, UFO- Crop Circle, dll. So, I decided that the "Stones Age" (NatGeo, red) was the realest time and the truest time in the human history ever because everything was out there. Huehehehe, I felt like a poper biologist right now. Ohh ya, The setting is the time and location at which the story takes place in this book- London, Glastonbury, Stonegenge, Wiltshire, etc makes me feels like...uhh! reminder of everything that was right about Britain- I Love England! British culture is amazing. I love their accent! :D 


By the way, quote favorit saya dari partikel adalah kata - kata dari Firaz ke Zarah, "Jangan sombong jadi manusia. Itu saja." That words beat and slaps me in the face! "Manusia adalah spesies yang paling berbahaya karena ketidaksadaran mereka. Manusia ibarat anak yang lupa keluarga dan sanak saudara. Ia menyangka dirinya yatim piatu di bumi ini, lupa telah bersepupu dengan orang utan, simpanse, gorila. Lupa kalo bersaudara jauh dengan pohon. Satu - satunya yang perlu disembuhkan dari manusia adalah amnesianya. Manusia perlu kembali ingat ia diciptakan dengan bahan baku dasar yang sama dengan semua makhluk di atas bumi." Ya, kan?

Segala sesuatu tentang Shamanisme, Ekologi, Etnobotani, Fotografi Wildlife, Orang Utan- di kalimantan, fenomena UFO, atau bisa dikatakan hubungan relasi antara manusia dengan alam jadi angle yang segitu menariknya buat mba Dee. Dari awal baca, nggak kebayang riset yang dilakuin Dee buat buku ini. Edyaaaaannnn!!! That's why, Partikel memperkaya saya dengan informasi - informasi yang tidak saya ketahui sebelumnya. Ujung - ujungnya mbah google jadi sasaran saya berjam - jam untuk searching literatur - literaturnya tentang itu semua. Nuff said, your brain never cease to amaze me, mba Dee. Stunning! Penantian delapan tahun yang nggak sia - sia (tidak berlaku buat saya yang baru mengenal karya - karya Dee setahun yang lalu. But, I think, It's never too late for that, kok). Can't wait for the next chapter- Now, I'm dying for.... GELOMBANG & INTELEGENSI EMBUN PAGI! Jangan pake KB ya mba, biar keduanya bisa cepet nyusul. :D 

Nb. For k' fauwzya , We got a deal, right? Can you please remind me, soon or always? Okay? See you in august! :p


Sabtu, 25 Februari 2012

[Review] Manusia Setengah Salmon

Waktu mampir ke gramedia setelah selesai refreshing otak bareng si dia, iseng aja nyomot bukunya raditya dika "Manusia Setengah Salmon" buat dibawa pulang. Alasannya sepele, selain kurang kerjaan, penasaran juga karena kicauannya di twitter lumayan kocak. Apa isi bukunya juga gitu?

Don't judge a book by its cover......Jujur ya, cover bukunya emang bener-bener nggak enak diliat, beda sama isinya: Menarik & kocak. Baru baca beberapa chapter aja udah bikin ngakak. Seperti 'Tarian musim kawin', plus 'Bakar saja keteknya' dan yang paling absurd 'Interview with the hantus'. Unsur komedinya nggak garing kayak buku 'Poconggg juga pocong' (walaupun bukunya dibeli di terban, biar bandar nggak rugi-rugi amat. tetap aja nyesel karna nggak ada bagus-bagusnya sama sekali). Lumayan lah buat nambah-nambah koleksi. In my humble opinion, 'Sepotong hati di dalam kardus coklat' merupakan chapter paling galau dalam buku ini. Selain itu, segitu uniknya masalah 'Jomblonology' sampai ada kurvanya kayak di pelajaran ekonomi. Teori 4P bauran pemasarannya itu loh...nendang abis! Chapter 'kasih ibu sepanjang belanda', 'mencari rumah yang sempurna ', dan the last chapter 'manusia setengah salmon' merupakan chapter-chapter favorit gw, menyentuh.


Well... banyak yang bilang tulisan dika dibuku ini kurang menggigit (yakali?) dan terasa lebih galau dibandingkan buku-buku sebelumnya, tapi ya nggak ngerti juga. Karna manusia setengah salmon merupakan buku karya dika pertama yang gw baca. Mungkin dengan seiring bertambahnya usia sang penulis, kemampuan untuk menulis sesuatu yang 'gila' dan out of the box pun semakin menurun. But, so far..it's okelah. Karena buku ini, gw jadi ketagihan untuk berburu buku-bukunya yang lain. Cuz he wrote all the stories of his life. There's no such thing as perfection, and so in order for us 'win' at life, we must make mistake and LEARN FROM OUR EXPERIENCES. Right? I think that's why I enjoy reading his work so much :D

Just had my first ever facial

Beberapa hari yang lalu, saya mencoba memberanikan diri untuk melakukan facial di salah satu klinik kecantikan di jogja. Agak absurd memang, berasa jadi cowo KW 2. Tapi karna  teman-teman udah banyak yang komplain dengan wajah saya yang makin lama makin ancur karena tingkat kekusamannya udah maksimal banget, maka  disarankan  untuk facial. Biar makin ganteng katanya. Karena baru pertama kali dan sendirian pula jadi  berniat buat nyari tempat perawatan yang..sepi (Sepi banget kalo ada). Nyari tempat yang paling jauh, dan di tempat parkir masih sempat-sempatnya nanya sama bapak penjaga parkirannya "Rame nggak pak?" "oh engga mas, sepi kok, masuk aja." Dan saya pun tersenyum lega.

Setelah masuk, emang bener kata bapaknya, sepi. Cuman ada beberapa ibu-ibu gaul (gimana nggak gaul, playlist di iPod-nya aja she will be love - maroon 5) yang mungkin lagi ngantri buat perawatan/konsultasi. Puji tuhan kalo mereka pada mikir saya lagi nungguin pacar selesai perawatan, bukannya mau ngantri buat perawatan juga. Setelah registrasi dan nunggu bentar akhirnya nama saya dipanggil, tawaran buat konsultasi dulu sama dokternya saya tolak mentah-mentah, malu. Jadi langsung di facial aja. Namanya facial acne, keren! (harganya juga keren). 'Kegiatan' ini memang agak kewanita-wanitaan, tapi ternyata banyak juga loh cowok yang rajin melakukan ritual ini. Biar makin ganteng dan makin disayang pacar? atau karena tuntutan pergaulan? entalah, yang penting saya ada temennya. Btw, perawatannya ekstra banget, banyak tahapannya. Favorit saya waktu nih muka dipijit-pijit gitu sama terapisnya. Enak! bikin rileks. "Wajah yang nggak terawat bakalan bikin penampilan mas-nya makin berantakan loh, hehe" kata mba terapisnya. 'menurut lo?

Quote "Beauty is pain" ada benernya juga. facial itu SAKIT banget teman! bikin mewek! Linangan air mata ini sama sekali nggak digubris sama mba terapisnya. "gpp mas, biar bersihhhhh" kata mbanya santai. Sadis. Mungkin mereka sudah berdedikasi buat tetap melanjutkan proses 'penyiksaan' tersebut dan nggak bakalan berhenti walaupun pasiennya meringis kesakitan. Setelah proses eksekusi (baca: ngeluarin komedo/jerawat) nih muka dikasih serum (katanya sih gitu) dengan alat yang bikin nih mulut sama gusi jadi ngilu minta ampun karena efek serumnya. Terus dikasih masker apa gitu dan terakhir, seingat saya dikasih krim yang bikin nih muka kayak ada selaputnya. 

Setelah hampir dua jam-an di dalam ruang perawatan ( masuk sekitar jam 13.15 - 15.00) akhirnya kelar juga. "jangan dulu dicuci ya mas mukanya, minimal 3 jam dari sekarang" mba terapisnya mengingatkan. "dan jangan terlalu sering juga facial-nya, tapi kalo pingin mukanya bagus ya paling nggak sebulan sekali ya mas ngelakuin perawatannya" lanjut mba terapisnya. ok! Tapi toh setelah facial gw nggak ngerasa muka saya berubah jadi super ganteng kayak matthew lewis. Ya, cuman ganteng doang. Walaupun banyak bintik-bintik merahnya dengan bengkak-bengkak yang menyertainya tapi lumayan lah, apparently my skin is glowing. Nggak kusam lagi. Jadi nggak ngerasa rugi juga udah ngeluarin duit segitu. 

Kali ini cuman karena nyerah dengan muka yang makin kusam dari waktu ke waktu, untuk kedepannya juga nggak kepikiran buat facial lagi. Walaupun bikin kulit wajah jadi terlihat bagus dan halus, tapi ngeri juga dengan efek jangka panjang bahan kimianya. Dan tentu saja efeknya ke kantong. Keseringan ke klinik kecantikan juga nggak baik buat cowo, merusak citra. Rajin cuci muka setelah beraktivitas, banyak olahraga dan makan buah udah cukup bikin kinclong kok. :)