Percaya atau tidak, galau yang sekarang lagi nge-trend di kalangan anak muda maupun orang dewasa buat saya pribadi cukup sederhana dan tidak serumit yang dibayangkan. Siapa yang nggak pernah galau berarti nggak normal. Pertanyaan tersebut tidak jauh beda dengan pertanyaan siapa yang nggak pernah berbuat dosa. Panggilan “mellow man” dari anak - anak kostan dan ‘cah galau” dari teman – teman kampus buat saya, cukup membuat jengah. Iya, saya sering berkicau hal – hal yang galau di microblogging – twitter. Tapi nggak berarti saya expert di bidang galau menggalau. Kadang kicauan saya yang lumayan sering itu cuma semi curhat atau cuma nyari perhatian doang biar banjir mention. Noted!
Bicara soal cinta memang tidak ada habisnya. Cinta itu kayak opini auditor: Wajar tanpa pengecualian. Penyebab utama galau (Agak – agak nggak nyambung ya). Naksir sama orang, tapi orangnya nggak naksir balik bikin patah hati dan akhirnya galau. Ditaksir sama orang, dan kitanya nggak naksir balik, bikin orangnya patah hati. Ujung – ujungnya galau juga kan mba atau masnya? Dengerin lagu sedih tentang cinta atau lagu – lagu soal kehidupan. Misal. Dmasiv – jangan menyerah, bisa bikin nyesek. Ya akhirnya galau deh. Pacar jauh nih, el de errrr…. el de errrr….bikin kangen, telpon nggak diangkat, sms nggak dibales, alesannya sinyal parah = galau hebat. Cinta emang nggak ada matinya. Rumit. Serumit –rumitnya cinta teteup aja ya kita nggak bisa hidup tanpa cinta. #pfffttttttt
Tapi nggak hanya soal cinta. Hal – hal yang sederhana saja bisa menimbulkan potensi galau yang terbilang dasyat. Galau itu rumit. Sederhana itu rumah makan padang? Nggak juga. Galau sekarang nggak beda jauh dengan restoran padang. Sama – sama sederhana.
Galau itu sederhana ketika mau nyari kaos oblong di distro langganan, eh, malah ditawarin kaos couple. Entahlah maksud apa.
Galau itu sederhana ketika lagi pengen nonton, tapi waktu ngecek dompet, suasana jadi hening. Setelah ngecek kalender baru ngeh. Ohh sudah waktunya untuk berhemat ria. Apakah 100rb cukup untuk tujuh hari kedepan?
Galau itu sederhana ketika kebelet boker, rokok abis. Tapi kalau mau boker, rokoknya ada, koreknya nggak ada itu bikin lebih galau lagi.
Galau itu sederhana ketika si bintang laut pink, patick ngomong kayak gini ke spongebob “I'd rather be an idiot than lose you” wow! *peluk anak2 kostan*
Galau itu sederhana ketika mood buat nulis blog datang. Tapi koneksi internetnya kampret bener. Klik login setelah itu ditinggal aja dulu. Ngampus, mandi, makan, atau ngapain lah. Pulang – pulang dijamin pasti udah/baru masuk page-nya. I Love Slow!
Galau itu sederhana ketika nongkrong berjamaah bareng temen ber-enam dan semuanya jomblo dengan bahan obrolan random. Satu udah taken sih. Tapi kalo LDR nggak masuk itungan (itungannya jomblo).
Galau itu sederhana ketika dosen seenak jidat bikin kuliah tambahan di hari sabtu dan kepikiran, tugas – tugas akhir saya apa kabarnya yak?
Galau itu sederhana ketika laper tapi kebelet juga. Bingung mau ngapain dulu, akhirnya online dulu :|
Dikamar sendirian, suntuk, nggak ada kerjaan, butuh temen ngobrol, pengen susu hangat tapi yang ada kopi ireng. Galau itu sederhana. Single itu merana, teman.
Ok, cukup ini aja dulu. Nyari obat penangkal galaunya kapan – kapan kalo sempat. Agak ngawur ya postingan ini. Maklum, nulisnya juga lagi dalam keadaan setengah sadar, pas malam minggu pula. Maksudnya biar ada kerjaan. Pamit tidur dulu yak! Semoga cita – cita atau harapan saya buat besok : bisa bangun pagi, tugas – tugas pada kelar, dan nggak absen lagi ke gereja bisa tercapai. Ya, kalo galau itu sederhana maka sukses juga (bisa) sederhana.
See you!
1 comments:
*puk puk adit*
Posting Komentar